Ferris Wheel terbesar di dunia yang bernama Mata Laut Bohai dioperasi sejak 16 Mei di kota Weifang, Provinsi Shandong. Ketinggian Ferris Wheel ini mencapai 145 meter.
Ferris Wheel terbesar di dunia yang bernama Mata Laut Bohai dioperasi sejak 16 Mei di kota Weifang, Provinsi Shandong. Ketinggian Ferris Wheel ini mencapai 145 meter.
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Halaman ini berisi artikel tentang Ferris Wheel asli yang dibangun di Chicago tahun 1893. Untuk nama bahasa Indonesia untuk wahana ini, lihat
Ferris Wheel adalah kincir ria pertama di dunia yang dibangun oleh George Washington Gale Ferris, Jr. di Chicago, sehingga juga disebut Chicago Wheel (Roda Chicago).[1][2][3] Kincir ria ini tingginya 80,4-meter (264 ft), dan merupakan atraksi terbesar di World's Columbian Exposition tahun 1893 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Pembangunannya dimaksudkan untuk menyaingi Menara Eiffel setinggi 324 m yang dijadikan atraksi utama di Pameran Dunia Paris 1889.
Kincir ria ini dibongkar untuk dibangun kembali pada tahun 1895 di dekat Lincoln Park, Chicago, lalu dibongkar dan dibangun untuk ketiga kali sekaligus terakhir kalinya di Pameran Dunia 1904 di St. Louis, Missouri. Sejarah kincir ria pertama di dunia ini berakhir setelah dibongkar pada tahun 1906.
Ferris Wheel dirancang dan dibangun oleh George Washington Gale Ferris, Jr., lulusan Institut Politeknik Rensselaer yang menjadi pembangun jembatan di Pittsburgh, Pennsylvania. Ia memulai kariernya di bidang industri kereta api dan kemudian menaruh minat terhadap pembangunan jembatan.[4] Ferris paham soal kebutuhan struktur baja yang terus meningkat, dan mendirikan G.W.G. Ferris & Co. di Pittsburgh. Perusahaannya itu menguji dan memeriksa logam untuk rel kereta api dan pembangun jembatan.
Sewaktu membangun Ferris Wheel pada musim dingin 1892-1893, dinamit digunakan untuk menembus lapisan es setebal kira-kira satu meter sebelum fondasi kincir ria ini dapat dibangun di Jackson Park, Chicago. Semburan uap dipakai oleh pekerja untuk menghalau kotoran yang mencair sekaligus mencegah semen yang baru dituang agar tidak membeku. Tumpukan kayu didorong hingga hampir 10 m di bawah tanah. Di atasnya diletakkan kisi-kisi baja yang diisi semen.[5]
Kincir berputar pada as roda seberat 64,4 ton yang tingginya 13,8 meter, terdiri dari pipa seberat 40,5 ton yang waktu itu merupakan penempaan berongga terbesar di dunia, dibuat di Pittsburgh oleh Bethlehem Iron Company, ditambah sepasang rangka sarang laba-laba dari besi cor berdiameter 4,9 m dan beratnya 23 ton.[2]
Seluruhnya ada 36 kabin penumpang, masing-masing dipasangi 40 kursi putar dan dapat diisi oleh 60 orang, sehingga kapasitas totalnya 2.160 orang.[1]
Pada 9 Juni 1893, kincir ria ini disiapkan untuk uji coba dengan antisipasi besar dan tanpa kecemasan sedikit pun. Mesin penggerak roda ditenagai oleh ketel uap yang mengalirkan uap lewat pipa besar di bawah tanah untuk menggerakan piston dari mesin berkekuatan seribu tenaga kuda itu. Setelah pertama kali melihat kincir yang menjulang lebih tinggi daripada segala sesuatu di sekitarnya, Julian Hawthorne, putra dari pengarang Nathaniel Hawthorne begitu takjub melihat kincir sebesar itu, "tetap bisa berdiri tegak...padahal kelihatannya tidak ditunjang oleh apa-apa—paling tidak yang kelihatannya cukup kuat. Jari-jari terlihat seperti sarang laba-laba, meniru gaya sepeda model baru".[6]
Baik Ferris dan rekannya yang bernama W. F. Gronau juga mengakui keajaiban teknik yang diwakili oleh kincir ini. Mereka awalnya tidak yakin perhitungan matematika dan kualitas besi dan baja yang mereka pakai dapat mewujudkan karya besar mereka, sebuah roda raksasa yang dapat berputar perlahan dan mulus tanpa kegagalan struktur yang belum pernah dicoba sebelumnya.[7]
Ketika dijalankan untuk pertama kali, kabin-kabin penumpang belum dipasang. Meskipun demikian, para pekerja memanjat kincir dan menempatkan diri mereka di antara jari-jari kincir sambil mendapat sorakan meriah dari hadirin, para pegawai pekan raya yang berkumpul untuk menyaksikan peristiwa bersejarah ini. Setelah kincir menyelesaikan putaran pertamanya, Gronau menganggap uji coba berlangsung dengan sukses, "Saya bisa saja berteriak keras-keras kegirangan".[8]
George Ferris sendiri tidak dapat menghadiri peluncuran penemuannya ini. Pada malam itu, Ferris menerima sepucuk telegram: "Sambungan terakhir dan penyesuaian final telah dibuat dan ketel uap dinyalakan pada pukul enam sore ini dan satu putaran roda berhasil dilakukan semuanya berjalan dengan memuaskan dua puluh menit untuk satu putaran—Saya mengucapkan selamat kepada Anda untuk kesuksesan ini sambutan taman hiburan benar-benar antusias".[8]
Jakarta, CNBC Indonesia - Musim hujan telah tiba, di mana saat musim hujan biasanya hewan-hewan yang terbilang berbahaya akan muncul, terutama ular.
Bagi Anda yang bertempat tinggal di desa atau di kota dengan pekarangan yang cukup luas dan tanaman yang cukup lebat mungkin perlu mewaspadai akan kemunculan ular.
Perubahan iklim, seperti kenaikan suhu dan cuaca tidak menentu, juga berpengaruh terhadap ular. Dikutip dari WHO (World Health Organization), perubahan iklim dan kemunculan ular memiliki keterkaitan.
Organisasi Kesehatan Dunia itu menyebut bahwa perubahan iklim hanya akan memperburuk masalah bagaimana ular berbagi tempat dengan manusia. Hal ini karena ular akan menggeser distribusinya seiring dengan meningkatnya suhu dan kejadian-kejadian ekstrem yang lebih sering terjadi.
Manusia akan mengubah praktik pertanian, sehingga akan ada tekanan lebih besar bagi ular untuk bermigrasi atau mengungsi. Akibatnya, kontak dan konflik antara manusia dengan ular diperkirakan akan menjadi lebih sering terjadi di beberapa wilayah
Ular merupakan kelompok reptilia tidak berkaki dan bertubuh panjang yang tersebar luas di dunia. Hewan ini kerap dikenal bahaya karena beberapa diantaranya memiliki bisa yang mematikan.
Namun, tidak semua ular memiliki bisa yang mematikan. Salah satunya yakni ular sanca. Meski tidak memiliki bisa, tetapi ular sanca tetap menjadi hewan yang mematikan karena memiliki kemampuan konstriksi yang efektif untuk membunuh mangsanya.
Ular sanca akan melilit tubuh mangsanya dengan erat, memadatkan cengkeramannya, dan membuat mangsanya mati lemas karena aliran darah dan pernapasannya terhenti.
Pada musim hujan, ular sanca cenderung lebih sering ditemukan karena mungkin habitat teresterialnya tergenang, maka ular akan keluar dari persembunyiaanya untuk mencari tempat yang nyaman.
Sebagai satwa berdarah dingin, ketika kepanasan, maka ular harus masuk ke air. Untuk itu, ular harus bisa mengontrol suhu tubuhnya, jangan sampai melebihi batas suhu toleransi lingkungan, karena bisa mati.
Umumnya, ular sanca termasuk salah satu ular terbesar di dunia. Beberapa spesies ular sanca bisa tumbuh hingga 8-10 meter. Bahkan, rahang bawah ular sanca bisa terbuka lebar hingga sepuluh kali kepala manusia.
Dengan ukuran raksasanya, ular-ular tersebut bisa terhindar dari predator dan bisa memakan berbagai jenis hewan. Adapun ular sanca biasanya berburu mangsa di malam hari, seperti kadal, burung, dan mamalia kecil.
Mereka juga cenderung hidup di daerah tropis. Itulah kenapa, benua Asia jadi tempat tinggal banyak ular raksasa. Tak tanggung-tanggung, beberapa spesies ular terbesar di dunia dan ular terpanjang di dunia dapat ditemukan di Asia, terutama di Asia Tenggara.
Secara umum, ular-ular besar tersebut menghuni hutan. Namun tak jarang, mereka juga ditemukan di area pemukiman. Apalagi jika sudah memasuki musim hujan, sehingga potensi keluarnya ular-ular ini di pemukiman cukup besar.
Lalu, jenis ular sanca apa yang terbilang sangat besar mungkin di dunia? Berikut ini daftarnya.
1. Sanca Bodo (Python bivittatus)
Sanca bodo adalah ular sanca terbesar di dunia sekaligus spesies ular terbesar di Asia. Mengutip beberapa sumber, ular dengan nama ilmiahpython bivittatusini bisa tumbuh sepanjang 7 meter dan seberat 182,2 kilogram. Namun ular sebesar itu cukup jarang ditemukan, rata-rata panjang ular ini ada di angka 3 sampai 5 meter dengan berat 20 sampai 40 kg.
Tak cuma besar, ular ini juga punya badan yang gemuk dan berotot. Karena tidak berbisa, bentuk tubuhnya tersebut membantu sanca bodo untuk melilit mangsa dengan sangat kuat.Tubuhnya berwarna cokelat dan dipenuhi pola kotak-kotak layaknya jerapah, kepalanya berbentuk seperti berlian dengan pola panah di atasnya.
Penyebarannya cukup luas dan bisa ditemukan di Myanmar, Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Laos, Kamboja, hingga China.
Mereka juga menjadi hewan invasif di Florida, Amerika Serikat (AS) dan memberikan efek buruk bagi ekosistem asli di sana. Ular ini juga perenang yang handal dan menghuni hutan, rawa, padang rumput, dan daerah dekat sungai.
2. Sanca Kembang (Malayopython Reticulatus)
Sanca kembang memang bukan ular terbesar di Asia, tetapi spesies ini adalah yang terpanjang. Memang tidak seberat sanca bodo, tetapi ular ini punya badan yang jauh lebih panjang, yaitu di angka 10 meter bahkan lebih.
Badannya juga lebih memanjang dan ramping. Karenanya, tak jarang sanca kembang juga memanjat pohon untuk mencari hewan seperti burung, kadal, atau monyet. Kulitnya juga punya warna cokelat muda yang dihiasi corak seperti batik atau bunga berwarna jingga, putih, dan hitam.
Selain itu, di bagian depan mulutnya, ular raksasa ini memiliki sensor pendeteksi panas yang memudahkannya mendeteksi mangsa di lebatnya hutan dan pepohonan.
Mangsanya sangat beragam. Mereka bisa memakan mamalia kecil, burung, monyet, babi, bahkan dalam beberapa kasus, sanca kembang sanggup memakan manusia.
Karena tidak berbisa ular ini mengandalkan giginya yang tajam dan lilitannya yang kuat membunuh mangsa. Mereka juga tersebar luas dan dapat ditemukan di India, Thailand, Malaysia, sampai Indonesia.
3. Sanca Batu India (Python Molurus)
Sanca batu india atauPython molurusmerupakan kerabat dekat dari sanca bodo. Bahkan awalnya, kedua ular ini diklasifikasikan sebagai satu spesies.
Dahulu, sanca bodo merupakan subspesies dari sanca batu india dan punya nama ilmiah python molurus bivitattus.Akhirnya setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa keduanya merupakan spesies yang berbeda.
Pada 2009, pemisahan spesies antara sanca bodo dan sanca batu india dilakukan. Namun, karena kekerabatannya yang dekat, kedua ular ini punya ciri fisik yang serupa.
Keduanya sama-sama berwarna cokelat, tapi pola di tubuh sanca batu india lebih acak dan tidak mengotak seperti di tubuh sanca bodo. Ukuran sanca batu india lebih kecil, yaitu dengan panjang di angka 4 sampai 6 meter.
Seperti namanya, sanca batu india juga lebih suka berada di bebatuan, padang rumput, savana, hutan terbuka, dan terkadang berada di dekat perairan. Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka jadi habitat alami ular tidak berbisa ini.
4. Sanca Patola (Simalia Amethistina)
Sanca patola merupakan ular tidak berbisa yang bisa tumbuh hingga sepanjang 4 meter dengan bobot mencapai 15 kilogram.
Mereka juga salah satu ular raksasa yang bisa ditemukan di Pulau Papua dan Australia. Ular ini merupakan hewan arboreal dan kerap ditemukan bertengger di dahan atau ranting pohon.
Sebagai ular arboreal tentunya ular ini punya tubuh yang ramping, panjang, dan otot yang kuat. Mereka juga sangat suka memakan hewan-hewan seperti burung, tupai, kelelawar, dan reptil kecil.
Ular dengan nama ilmiah simalia amethistinaini punya perpaduan warna hitam, cokelat, dan jingga yang sangat menawan. Sisiknya juga halus dan akan memancarkan warna pelangi terang jika terkena sinar matahari, karenanya ia sangat populer sebagai peliharaan.
Namun karena hal ini sanca patola sering diburu dan menyebabkan populasinya kian menurun. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin ular eksotis ini akan punah di kemudian hari.
5. Sanca Papua (Apodora Papuana)
Sesuai namanya, ular sanca ini banyak ditemukan di Pulau Papua, tepatnya di Indonesia dan Papua Nugini. Ular ini dapat tumbuh hingga mencapai panjang 4,3 meter.
Warnanya cukup beragam mulai dari cokelat, abu-abu, sampai hitam. Warna tersebut juga punya fungsi, yaitu untuk membantu ular ini bersembunyi dan berkamuflase di bawah bebatuan, kayu, dan rerumputan di hutan dan savana.
Secara khusus, sanca papua hanya memakan mamalia kecil. Ia juga merupakan predator penyergap yang akan berdiam diri sembari menunggu mangsanya mendekat.
CNBC INDONESIA RESEARCH